Friday, December 24, 2004

Iri Hati

"Elo pernah iri hati gak?"

"Nggak tuh," jawab gue.

"Emm... yang bener lo? Kok bisa?"

"Yah.. overall sih, gue gak pernah mikirin kalo gue musti iri hati or nggak"

"Emm... misalnya dalam karir gitu? Pernah gak ada perasaan, kok elo gak seberhasil temen elo, apalagi kalo ada yang lebih junior tapi dia lebih sukses dari elo"

"Nggak juga, gue gak pernah mikirin itu sih. Prinsip gue sih, yang namanya rejeki orang kan beda-beda. Kecuali kalo dia lebih sukses dari gue karena dia curang sama gue. Nah, itu baru gue pikirin."

"Ya, tapi kan setiap orang punya cita2. Dan kalo gue merasa, misalnya ada yang lebih dulu dari gue, padahal dia adalah junior gue, dan satu almamater, tapi kenyataannya dia lebih dulu sukses, gue kok ngerasa jadi gagal. Dan gue gak ada apa2nya dibanding orang lain."

"Setiap orang pasti punya kelebihan, ya gak? Dan kalo gue, akan lebih fokus ke kelebihan gue aja. Mungkin dalam satu hal gue "kalah", tapi gue juga yakin banyak orang lain tau kalo gue punya kelebihan lain, yang gak dipunyai "pesaing" gue itu. Iya kan? Jadi mustinya, kita bisa tetep yakin sama kemampuan kita, karena emang tiap2 kita punya kelebihan kan?"

"Cuma gue merasa tercemooh gitu loh. Kalo ketemu mereka2, mereka kesannya melihat gue gak berkembang.... ya, dari dulu gitu2 aja. Sementara mereka ada yang udah kerja di PT mana, kuliah S2 mana, dll. Tapi gue kok gitu2 aja."

"Kita gak tau lagi, selama kita berada di jalur yang bener, gue yakin Tuhan pasti bakal buka jalan."

"Emm.. iya sih.."

"Nah, itu aja patokan elo. Tuhan udah tentuin kok jalan hidup kita. Selama kita berusaha dan bener, pasti yang namanya keberhasilan itu ada. Walaupun arti keberhasilan itu relatif. Tapi gue yakin dalam arti yang relatif itu, kepuasan dan kebahagian tetep ada."

"Emm... iya, gue sih udah tau itu. Tapi ini kayanya emang penyakit kali ya?"

"Mungkin kita musti belajar, jangan ngukur keberhasilan dari kemakmuran jasmani. Tuhan psati akan kasih ending yang membahagiakan buat semua orang. Selama orang itu tetep ada di jalur Tuhan."

"....."

"Iya, ngapain sih kita stress in diri mikirin kaya gituan. Yang penting kan tetep berusaha, dan fokus pada kelebihan kita, gali kelebihan kita dan dalam jalurnya Tuhan."

"Iya... bener juga. Gue mustinya bisa fokus sama kelebihan gue. Tapi semala ini, kalo ketemu sama mereka2, ya itu... kesannya gue kok gak ada apa2nya... dan kesannya gagal mulu."

"Gak, tentu juga lah... kita kan hidup dalam banyak kaitan dengan orang2. Satu orang mungkin liat kita "gak ada apa2nya", tapi kita kan masih punya banyak orang lain yang ngeliat kita dari sisi lain, sisi kelebihan kita."

Sambung gue lagi, "Lagian sebenernya juga banyak orang lain yang ternyata ada jauh di bawah kita, dan mungkin aja orang2 itu adalah temen kita juga. Point gue sih, kalo mo bicara keberhasilan, kalo elo bisa jadi ayah yang baik, dan punya keluarga yang harmonis, itu juga suatu keberhasilan yang luar biasa."

"Iya sih bener juga. Cuma, emang selama ini, gue gak bandingin ke situ. Ternyata ada juga temen2 gue yang punya kesulitan dalam keluarganya. Ada yang mo punya anak aja susah. Mereka harus cek dokter ke sini, ke situ. Pake obat ini, itu. Terapi ini, itu.... Iya bener sih apa kata elo. Tapi kembali, mungkin ini satu penyakit aja."

--------------
Dialog sama temen gue. Gak persis gitu sih kalimatnya. Tapi pokok pembicaraannya bener seperti itu.

There are some easy ways to be a big man....
But to be a great man....
You need some perspectives viewing.

0 comments: