Friday, October 22, 2004

Better Next Tomorrow

Mulai 20 Oktober 2004, Indonesia memasuki babak baru dalam pemerintahannya. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden baru berjalan lancar. Walaupun menurut Kompas [21/10], acara pelantikan di gedung MPR/DPR itu bisa masuk Guiness Book of Record. Karena di acara pelantikan yang dihadiri tamu2 penting negara tetangga, ditimpali dengan berbagai interupsi waktu Pemimpin sidang (Ketua MPR) membacakan agenda acara... Soalnya, mustinya tuh gak ada yang namanya interupsi waktu acara formal lagi berjalan, apalagi ini acara kenegaraan nomor satu..!!! Yah.. itulah Indonesia...

Sepertinya untuk sementara waktu ini, semua rakyat Indo hanya bisa berharap apa yang akan terjadi kemudian hari dibawah kepemimpinan Presiden baru ini. Berharap for a better next tomorrow.

Dan kembali soal "...itulah Indonesia..." Dalam suatu pembicaraan sekelompok mahasiswa perguruan tinggi ternama di Jakarta (yang notabena biasanya anak pintar or anak orang kaya), waktu mereka menyaksikan siaran ulangan pelantinkan Presiden baru.

Mhs 1 : "Wah, mulai sekarang SBY pake mobil plat 'Indonesia 1' tuh"
Mhs 2 : "Hah? Maksudnya apaan?"
Mhs 1 : "Iya itu, plat mobil dia bakal diganti sama 'Indonesia 1', bukan lagi plat berlebel 'B'.."
Mhs 2 : [dengan nada dan tampang serius] "Mana ada tuh plat gituan.. ya kalo di Jakarta ya plat nya 'B'.. elo kira di Amrik, bisa pake plat nama.?"
Mhs 1 : [nggak ngeh kalo temennya bego banget] "Yee. kalo khusus Presiden tuh platnya ya khusus, dan di Indo, plat mobil Presiden itu 'Indonesia 1' dan kalo WaPres 'Indonesia 2'.."
Mhs 2 : "Lah kok bisa gitu..? Berarti ada 'Indonesia 3'..'Indonesia 4', dll dong.. Hahaha.. Trus 'Indonesia 4' siapa yang pake tuh.. hahahahaha..."
Mhs 1 : [tetep gak ngeh kalo temennya asli bego] "Gak ada lagi.. cuma ada 2 buat Presiden dan WaPres..."
Mhs 2 : "Eh, mendingan maen game yukk.."

--------
Better Next Tomorrow ?

Saturday, October 09, 2004

Semestinya Gimana Ya?

Gue paling bingung kalo ngadepin orang yang lagi tanya sesuatu di jalan. Misalnya orang itu tanya jururan bis, tanya alamat, tanya jam brapa, dsj. Pasalnya di Jakarta ini suka banyak yang tipu muslihat kan. Yang awalnya belaga bego tanya2, trus buntutnya bisa aja ngejebak kita untuk nurutin kemauan jahatnya. Bisa aja yang istilahnya nepok, trus kita jadi kena semacam hipnotis; or mungkin tiba2 maksa kita untuk ikut ke tempat yang gelap, dsb.

Beberapa kali gue udah ngalamin hal ini. Dengan modus yang sama, belaga tanya2, dan berakhir dengan pembicaraan yang membahayakan gue. Kesannya sih masih ngobrol, tapi ada nada mengancam or paksaan tertentu. Thanks God, selama ini pula gue gak sampe dirugikan. Alias, gue bisa mengelak.

Dengan berdasarkan pengalaman itu pula, gue jadi semakin sensitif kalo ketemu orang asing di jalan. Dan kesannya gue jadi gak peduli sama orang gitu loh. Gue jadi gak peduli kalo ada orang yang negor gue (karena mungki maksudnya mo tanya sesuatu), baik itu yang sebaya gue, yang lebih tua, bahkan ibu2 sampe orang tua juga gue curigain motifnya.

Minggu lalu, di siang bolong, waktu gue jalan mo ke jembatan penyeberangan di suatu daerah Jakarta yang terbilang rame. Pas gue lagi jalan dan ngelewatin seorang bapak tua, tuh bapak negor gue, "eh, dek.. dek..." Dan hanya itu yang sempet dia ucapin karena gue langsung jalan cepet dengan maksud menghindar. Dan dia juga gak mungkin ngejer gue, karena ternyata dia bapak tua yang pincang dan jalan menggunakan tongkat.

Waktu di jembatan penyeberangan, gue terus memperhatikan bapak itu. Dari kondisinya sih, dia bukanlah seorang pengemis. Karena baju kaos nya masih rapi dan dengan sandal kulit yang juga masih bagus. Hanya saja mukanya tampak kurang terawat, alias agak dekil. Selintas pikir, gue merasa bersalah juga karena mengabaikan bapak itu. Tapi pengalaman gue bilang, lebih baik gue bertindak begitu daripada ternyata kondisi bapak itu hanya tipu muslihat.

Gue cuma bisa berdoa aja waktu itu. Mohon ampun karena gue mengabaikan bapak itu, kalo ternyata bapak itu butuh bantuan. Dan juga berharap kalo emang bapak itu adalah orang baik, maka dia bisa menemukan orang baik lainnya juga untuk menolong dia.

------------
Kemaren juga ada. Waktu gue pulang malam, lagi nunggu bis di depan gedung kantor gue. Ada seorang muda yang datang dari arah kanan gue. Pas udah deket gue, dia langsung dengan santai nyender di tembok gedung. Awalnya gue gak sensi, tapi tetep waspada. Gue sempet ngeliat ke arah dia beberapa kali. Dan ternyata dia juga kayanya ngeliat2 ke arah gue. Nah, di situ baru gue mulai sensi.

Bener aja, gak lama setelah itu, tiba2 dia negor gue. "Ke Kampung Rambutan masih banyak ya..?" "Wah kurang tau", jawab gue cuek sambil terus melihat ke arah lain.

Dari cara dia ngeliat2 gue, trus cara dia bertanya yang tanpa "permisi...", "numpang tanya...", "maaf mas...", kayanya wajar gak dicurigain?

Itu yang gue gak tau. Semestinya gue gimana ya.? Apa musti membantu dia dengan sepenuh positif thinking. Or emang mustinya dicuekin untuk cari aman.?

Masalahnya ini Jakarta bung.!!

Ditambah lagi dengan sikap orang itu selama nunggu bis jurusannya. Kalo ditilik dari pertanyaannya, musti orang itu bersikap kuatir dan bingung. Apalagi kalo soal jurusan ke Rambutan, yang notabene merupakan daerah "antah berantah". Tapi sikap dia selama itu kok santai2 aja, dan gak ada rasa kuatir sedikitpun. Malah berdiri santai sambil senderan di tembok gedung dan lebih banyak ngeliatin gue daripada ngeliat kearah datangnya bis.

Kesannya kan emang dia sedang mengamati gue. Dan ketika dia merasa timing pas, baru dia mulai beraksi. Dan mungkin dia berharap gue merespon dengan positif, dan ternyata gue merespon negatif ke dia. Dan abis itu dia bingung kali. Untungnya pada saat yang sama bis gue datang, dan tepat di belakang bis gue, ya bisa Kampung Rambutan. Dan dia juga emang naik ke bis itu.

Once again, gue gak tau sebenernya gue musti gimana kalo ngadepin orang di tempat umum seperti itu. Tapi sejauh ini gue lebih cenderung ambil langkah aman. Efeknya mungkin orang (yang notabene juga gak gue kenal) akan beranggapan gue angkuh. Ya tapi soal pengalaman gue lah yang selama ini bicara.

Emm, I don't know....

Monday, October 04, 2004

New Friends - 3

Bisa dibilang daftar New Friends gue bertambah lagi niy... Dalam artian, ternyata emang hubungan gue dengan mereka bisa terus berlanjut di kemudian hari. Sejauh ini bertambah lagi ada Dewi, Kosasih, temennya Kosasih [gue lupa mulu namanya] - tapi tiap ketemu dia negor gue. Ada lagi yang pernah gue cerita di New Friends - 2, Jenny "lause" Chen.

Kalo Kosasih, sejuah ini juga jarang ngobrol. Tapi karena dia cukup sering ke gereja gue, jadi kesanya udah gak asing. Sementara Dewi, dari beberapa waktu lalu sih udah tau juga. Soalnya dia juga temen deketnya Karmila, Poli, dkk. Tapi baru belakangan ini bisa ada interaksi sama dia.

Tentang si Lause ini, mungkin bagi gue agak unik, or justru gue impress sama progress temenan ini. Yang pasti dia itu asli dari China dan ke Indo dalam rangka jadi guru, ngajar Bahasa Mandarin di salah satu yayasan yang ada di Jakarta. Praktis dia gak bisa ngomong Indo dong, tapi untungnya bisa Inggris.

Awalnya gue bisa ngobrol sama dia, karena gue tanya sama Dewi [yang juga adalah murid lause ini], kenapa kok si lause bisa ceria gitu sih di tengah2 lingkungan dan budaya yang beda. Itu yang bikin gue heran dan minta Dewi tanyain ke lause pake Mandarin, ya istilahnya si Dewi jadi penterjemahlah. Tapi Dewi malah suruh gue tanya langsung... lah, gimana bisa, gue bilang. Dia bisa Inggris kok, kata Dewi.

Ya, dengan Inggris gue yang pas2an [dan ternyata si lause juga pas2an,hehehe], maka terjadilah dialog antara gue sama lause. Awalnya ngobrol udah cukup banyak hal yang kita obrolin, padahal baru kenal dan beda bahasa. Tapi lucunya banyak hal yang nyambung juga. Berikutnya sempet berlanjut via e-mail. Responnya yang positif dan terbuka, bikin gue juga bisa pe-de untuk ngobrol2 sama dia.

Padahal sebelonnya gue gak pernah se pe-de ini kalo ngomong sama orang lain, apalagi orang asing yang beda bahasa. Takut gak nyambung dan salah persepsi kan repot dan mungkin bisa nge-be-te-in lawan bicara. Tapi di pertemuan2 berikutnya ternyata bisa ngobrol lancar, kembali, tetep pake Bhs.Inggris yang pas2an plus bahasa tangan yang meliuk kesana kemari.

Kamaren [3/10], di HUT celebrationnya Karmila, gue sama dia ngobrol banyak lagi. Ngobrol soal kota asalnya, soal pembangunan di China, soal alasan dia dateng dan ngajar di Indo, dll. Sejauh ini, dia cukup interest bagi gue. At least gue merasa ada pengalaman baru. Bisa kenal secara langsung sama orang asing dan bisa tetep berlanjut di kemudian hari. Maksudnya, karena dia akan cukup lama di Indo, dan udan cukup "terikat" sama komunitas gue... ya, mungkin ke depannya dia kan bakal terus main bareng sama komunitas gue.

Selama ini, gue juga lupa persisnya, kalo pun ada kenal sama orang asing, itu mungkin karena dia lagi berkunjung or belibur ke Indo, dan hanya sekedar dikenalin sama temen Indonya. Ya ada juga sih ngobrol2, tapi gak pernah lama, dan akhirnya emang gak pernah berlanjut.

Overall, kembali gue nulis ini paling nggak untuk sekedar inget gue tentang temen2 yang ada. Supaya kemudian hari gue punya catatan yang bisa ingetin gue tentang mereka.

================
Yeterday she shown her new earings to me...
with her cheerful smiling face...