Thursday, August 26, 2004

Someone Perfect

Pemilik warung itu tentunya tahu, bahwa lelaki tua yang sedang makan di warungnya bukanlah penduduk kota kecil tersebut. Sementara lelaki tua itu asik menikmati dengan lahap makanannya tanpa sadar bahwa ia sedang diperhatikan pemilik warung.

Mungkin habis dari perjalanan jauh, pikir pemilik warung dengan rasa sedikit penasaran. Siapakah gerangan lelaki tua ini yang melakukan perjalanan jauh sendirian?

"Maaf Pak, sepertinya bapak bukanlah penduduk kota ini, benar begitu Pak?" tanya pemilik warung memulai pembicaraan.

"Oh, benar anak muda", jawab lelaki tua itu sambil membersihkan mulutnya dengan sapu tangan.

"Kalau boleh tau, bapak ini dari mana, sepertinya bapak habis melakukan perjalanan jauh dan seorang diri?" tanya pemilik warung lagi lebih penasaran.

"Oh, tentu.. tentu.. kau boleh tau tentang saya, itu kalo kau bersedia mendengarkannya"

Lelaki tua itu mulai bercerita, "Sepanjang hidupku, saya terus berkelana dari satu kota ke kota lainnya. Saya berkelana untuk mencari wanita pujaanku, mencari belahan jiwaku dan mencari mendamping hidupku."

"Lantas tentunya sekarang bapak sudah mendapatkannya bukan?" tanya pemilik warung.

"Belum anak muda..."

"Loh kenapa? Saya lihat bapak adalah orang yang gagah dan dari raut muka bapak terlihat juga bahwa bapak adalah orang yang tampan, karena sampai sekarang pun masih terlihat. Tentunya mudah bagi bapak untuk mendapatkan pujaan hati bapak."

Lelaki tua itu melanjutkan,"Memang betul apa yang kau katakan. Tapi kenyataannya sampai sekarang, saya belum menemukannya. Selama ini, saya berkelana dari satu kota ke kota lainnya dengan harapan bisa menemukan wanita yang cantik, wanita yang baik, wanita yang pintar, wanita yang anggun, wanita yang menawan, wanita yang berbudi pekerti baik... Pokoknya seorang wanita yang sempurna di mata siapa pun."

"Ah, saya tidak percaya Pak... Setau saya wanita-wanita seperti itu banyak dan pasti di setiap kota ada. Masa dengan modal ketampanan dan kegagahan serta saya lihat bapak juga orang yang berada... Masa selama ini tidak ada wanita yang mau sama bapak, atau masa selama ini bapak tidak menemukan wanita yang sempurna...?", tanya pemilik warung dengan terheran-heran.

"Sebenarnya 30 tahun lalu saya menemukan apa yang saya impikan. Dia adalah sosok wanita yang sangat sempurna. Tidak hanya menurut saya, semua lelaki yang mengenalnya pun berpendapat demikian. Dan pada suatu kesempatan saya mencoba untuk mendekatinya.... Tapi pada akhirnya memang saya pun tidak bisa mendapatkannya..."

"Loh kok bisa... menurut saya bapak juga orang yang pantas kok untuk mendapatkan wanita yang sempurna..." timpal pemilik warung itu.

"Benar anak muda... semestinya demikian... tapi ternyata dia juga sedang mencari pria yang sempurna...."

Demikian lelaki tua itu mengakhiri ceritanya sambil pergi meninggalkan warung di kota kecil itu dan terus berjalan dengan harapan bisa menemukan yang sempurna....






Friday, August 20, 2004

Buruan Cium Gue !

Hhuehuehue.. Buruan Cium Gue udah ditarik dari peredaran..!!!

Bisa masuk Museum Rekor indonesia (MURI) nih film.. sebagai sebuah film biasa yang di banned di negeri sendiri.. ck..ck..ck...

Untung gue udah nonton.. What untung..?? Lah iyalah gimana gak untung, pas hari terakhir lagi gue nontonnya..huehuehue.

Gue merasa beruntung, karena gue dapet pelajaran baru setelah nonton film itu. Gue jadi semakin tau bahwa banyak orang2 "penting" di negara ini yang sangat memperhatikan negara, termasuk memperhatikan hal2 "gak penting" ini.

Sayangnya di negara ini terlalu banyak hal2 "gak penting" itu. Jadinya banyak hal2 yang sesungguhnya penting, malah gak ke urus.

Gue udah nonton "BCG", makanya gue baru bisa komentar. Kalo mo disalah2in, yang salah dari film ini cuma judulnya doang --> "Buruan Cium Gue". Dan ini gue yakin untuk menarik minat penonton aja - khususnya para ABG.

Padahal di film itu sendiri gak ada dialog2 yang mengajak or mengarahkan penonton untuk buru2 saling ciuman, or setelah nonton film ini maka ciuman menjadi hal lumrah dan mejadi budaya baru di negara ini. Menurut gue.. gak ada tuh unsur spt itu di film "BCG". bahkam sebenernya tokoh utamanya (si cowo) gak mau ciuman, karena ciuman itu baginya akan diberikan ke orang yang tepat dan di saat yang tepat.

Adegannya sendiri, gak mengandung unsur ciuman yang seronok banget or yang terlalu vulgar untuk dilakukan di kalangan ABG sekalipun. Gue yakin kalo ada pasangan yang emang mo ciuman.. maka mereka akan ciuman aja, gak perlu nonton film ini dulu untuk bisa ciuman. Atau orang juga gak bakal berubah sikap utk ciuman or nggak setelah nonton film ini.

Di lingkungan umum sekarang aja, hal itu udah lumrah.. iya gak. Gue sih bukannya mendukung untuk merubah budaya bangsa ini menjadi lebih vulgar. Tapi dalam konteks film ini, gue merasa jengah aja. Kok bisa2nya film gak berkualitas gini diributin.?? Dan kembali, setelah gue tonton, ternyata film ini gak ada apa2nya dibandingin dengan apa yang dihebohin. cuma masalah "salah judul" menurut gue.

Masalah ciuman di film, menurut gue, yang lebih jelas keliatan tuh di film "Ada Apa Dengan Cinta" sama "Eiffel..I'm in Love". Cuma karena judulnya itu "normal" maka gak ada yang bahas kan..

Yang sangat kritisi dari film "BCG" adalah menonjolkan budaya yang sangat santai di kalangan anak sekolah SMU. Kok bisa2nya anak SMU pada bikin/ikut party di pantai Anyer. yang notabene pada jauh dari ortu masing2. Dan di party itu juga di tonjolin kalo minum2 itu gak apa2. Dengan dialog murahan jaman taon 80-an, "ayolah minum... segelas aja.. gak bakal2 kenapa2 kok.." Dan lagi2 menunjukkan kalo emang gitu caranya utk merayu cewe minum (miras), dan lagi-lagi-lagi menunjukkan, kalo udah dirayu gitu berarti emang minum itu gak apa2.

Gue lebih konsen ke masalah rokok-miras-narkoba dari pada masalah ciuman itu sendiri. Konteks gue gini : ciuman - dan akhirnya mungkin bisa merembet ke free sex - itu adalah moral pribadi antar pasangan. Secara nasional gak bakal merusak martabat bangsa or menurunkan kualitas orang itu maupun bangsa. Kecuali kalo pada free sex tuker pasangan trus kena aids, dsj. Kecuali lagi kalo free sex itu sudah terjadi di tempat umum, misalnya di bis kota, di taman, di gang, dsj. Kalo itu berarti moral manusia udah kaya binatang dong.

Inget, ini konteks gue kalo dibandingin sama moral-budaya bangsa vs. nonton film "BCG". Karena kalo ngomongin free sex dan pengaruhnya secara detil, perlu sekmen khusus.

Sementara itu, kalo yang namanya rokok-miras-narkoba, bisa lebih banyak masalah yang timbul. Orang yang ketagihan 3 hal itu, bisa merusak dirinya sendiri. Juga bisa merusak lingkungan, karena aktifitas mereka terlihat umum, misalnya muka kucel, otak bolot, bahkan kalo lagi kepepet bisa menghalalkan segala cara untuk dapetin itu.

Masalah rokok-miras-narkoba, mustinya lebih penting disorot dari film ini dari pada masalah ciuman. sekali lagi menurut gue film ini salah judul. Rokok-miras-narkoba sendiri, hampir tiap hari kita liat/denger beritanya. Entah itu penggrebekan, mati over dosis, selundupan, rampok-todong-bunuh karena narkoba, dsj. tapi kok kesannya gak ada yang ingin "menyelamatkan" moral bangsa dari hal ini.?

Overall, film "BCG" adalah film beruntung yang jadi heboh di tengah2 kejelekan filmnya itu sendiri. Sebenernya juga, film itu ingin menyampaikan ke penonton bahwa hal2 yang terjadi di film itu, belon saatnya atau jangan dilakukan anak2 ABG, cuma sayangnya penonton lebih fokus ke adegan dari pada dialog2nya.

Makanya gue bilang kualitas film ini kurang. Ya karena itu tadi, pengarahan inti ceritanya kurang baik, jadi nya orang terfokus sama judul dan adegan, bukan dialog. Emmm.. dialognya sendiri juga terlalu udik menurut gue. Udah gak jaman pake dialog gituan kayanya.

Jadi menurut gue, kalo mo meributkan sesuatu sebaiknya dibedah sampai keakar2nya secara tuntas. Misalnya kenapa film ini dibanned, apa filosofi film ini, apa yang sebenernya diyakini bakal terjadi setelah orang nonton film ini, dsb. Jadi masyarakat bisa jelas tentang apa masalah sebenernya.

Lagi pula berapa persen sih penduduk Indonesia yang bakal nonton film ini.? Dibandingkan penonton sinetron, reality show murahan, berita2 kriminalitas vulgar+sadis, gosip2 artis kawin-cerai, dsj. (yang jauh sangat amat parah rusak sekali), yang notabene bisa ditonton di seluruh Indonesia

Tambahan dikit... Soal gosip artis yang kawin-cerai... Perlu gak sih dibahas di tivi.?? Justru semakin banyak yang dibahas, orang akan berpikir bahwa kawin-cerai adalah hal yang lumrah. dan perlu dicoba.?

Kawin-cerai akan menghasil kan keluarga yang berkualitas rendah. Mental anak2nya yang drop dan mungkin akan cari pelampisan yang bisa jadi negatif. Akibatnya itulah yang bakal merusak moral bangsa.

Kawin-cerai ada hubungannya sama ciuman dan free sex. Tapi konteks ini beda dengan yang gue bahas diatas.

Usul gue, kenapa para "selebritis" rohaniwan, nggak mengadakan pendekatan ke para selebritis2 itu supaya jangan sering2 kawin-cerai.. (huehuehue.. sering2.?). Karena secara jelas hal itu bisa merusak mental anak2 mereka. Apalagi kalo hal itu ditiru sama keluarga2 lain, yang secara umum tidak digosipkan di acara2 gosip tivi.

Sudah Merdeka kah.?

17-an kemaren gue ke Carita bareng anak2 Teater Lilin. Sekedar kumpul2 aja siy. Soalnya grup yang pergi ini, grup senior nya Teater Lilin. Udah lama gak kumpul, jadi mumpung libur, ya pergi aja. Kita ke Carita, tepatnya nginep di Lippo Carita.

Kebayang gue siy, mustinya bakal rame di antara Anyer-Carita itu. Paling nggak rame sama suasana Dirgahayu RI ke-59 lah. Daerah Anyer-Carita kan bisa dibilang termasuk daerah "pinggiran", yang umumnya kalo ada event nasional ini biasanya rame sama acara perlombaan.

Tapi ternyata nggak. Sepanjang lingkungan tempat gue nginep, gak keliatan yang namanya lomba balam karung, makan kerupuk, apalagi panjat pinang. Bahkan dari malam sebelumnya daerah Anyer-Carita bisa dibilang sepi dari aktivitas persiapan acara 17-an. Kemana kah mereka semua.? Apa emang masa2 kini 17-an itu udah jadi hal yang biasa aja.?

Di Jakarta sendiri, di lingkungan gue tinggal, juga gak terlalu kerasa adanya event penting ini. Sekitar 2 taon lalu, gue masih bisa liat kesibukan warga setempat yang bikin gapura, pasang bendera2 kecil sepanjang gang, or siapin bambu panjang untuk panjat pinang. Tapi sepintas gue inget, kayanya kali ini gak ada deh. ..

Persiapan mereka untuk pasang2 atribut 17-an, keliatan banget seadanya. Sementara yang namanya Gapura, di lingkungan gue gak ada.!! Paling ada, mungkin pake Gapura taon lalu, dicat ulang plus ditambahin bendera2 kecil.

Emm... kenapa yak.? Apa orang2 Jakarta dan sekitarnya udah pada bosen mengenang kemerdekaan ini, karena kita semua pada sadar, kalo ternyata negara ini belon merdeka seutuhnya...

Tapi ini cuma pandangan sekilas dari gue. Dan mungkin hanya kebetulan di daerah2 yang gue lewatin. Sementara, Jakarta dan Indonesia kan luas banget. Dan gue gak tau kondisi sebenernya di daerah2 lain. Karena setelah 17-an, gue juga gak liat liputan di tivi or koran mengenai 17-an taon ini di Indonesia.

=========
Sekedar buat ingetin acara Carita aja, gue kasih link buat liat foto2nya di Carita.

=========

Monday, August 16, 2004

New Friends - 2

Kemaren acara jalan malemnya ke Ancol. Makan di resto "Bandar Jakarta". Dengan view ke lepas luat langsung, ala Jimbaran nya Bali. Cuma alasnya udah bukan pasir lagi, tapi pavling-block. Maklumlah namanya juga Ancol... pantainya mana ada yang bener2 pantai siy.. huehuehue... Tapi overall sekarang Ancol udah lumayan enak kok. Hampir di sepanjang pantainya dibikin pedestiran buat pejalan kaki, kalo mo buat jogging juga bisa. Plus suasana yang bersih dan nyaman, lengkap sama lampu penerang ala2 romatis lengkap dengan penjaja teh botol dan tukang foto polaroid. Yang agak mengganggu menurut gue adalah para penjaja perahu wisata ke tengah laut. Tiap yang lewat - apalagi klo rombongan - pasti ditawarin. Mending kalo kita udah lewat, dia diem... eh, ini malah ngebuntutin kita sambil terus nawarin naik perahu wisatanya. Yah, tapi gue bisa maklum, namanya juga Jakarta man.!! Mereka harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup. Selama itu halal, it's ok lah...

Mengenai new friends... kemaran pas pergi makan2 itu, ternyata dalam rangka ada yang ulang taon. Tapi gue gak kenal tuh sama yang ultah, juga sama temen2 se-genk nya. Beberapa temen2 gue udah ada yang kenal.

Alhasil bagi gue, mereka menjadi new friends gue. Sementara bagi gue, klo masuk kategori new friends, ketika kita saling kenalan, di situ ada interaksi yang enak, nyambung, dan ada kemungkinan bisa continue di waktu2 selanjutnya. Lain kategorinya klo kita kenalan di bis or di mall dan kemudian hari gak ada kelanjutannya.

Yang dateng kemaren itu gank nya Sani. Yang kebetulan ada yang ultah, namanya Poli. Sani sendiri sih juga termasuk temen. Mereka dateng ber-9 yang semuanya cewe dan belon ada yang gue kenal, kecuali Sani yang merupakan "aktifis" Tupperware.. hehehe. Dia juga ada grup tari, yang besok tgl 17 Agustus manggung di Balai Sarbini, dalam rangka HUT RI yang ke 59

Tapi yang kenalan secara langsung gak semua, cuma Brenda, Nana, Angel dan tentunya yang ultah itu, Poli.

Brenda ternyata satu gereja sama Flora - temen sekolah gue dulu - tapi mereka gak saling kenal. Nana, design grafis perusahaan property di Australia, yang lagi liburan pulang kampung ke Indonesia. Poli, kerja di perusahaan percetakan skala besar, yang salah satu kliennya, Coca-Cola Indonesia. Kalo Angel.. blon sempet ngobrol kemaren...

Ada juga, kayanya sih orang Taiwan or China. Soalnya temennya suka translate ke dia kalo ada cerita yang emang perlu dia ketahui. Yang pasti sih dia itu ngajar bahasa mandarin di Indo ini. Gak tau di sekolah mana or kursus private.

Umumnya mereka asik2 kok... itu kata gue, terhadap mereka. Tapi blon tentu mereka ngomong gitu kan tentang gue or tentang kelompok gue. Tapi waktu ngobrol enak2 aja tuh, dan chemistry nya nyambung, kaya emang udah senyawa yang sama.

Gue nulis ini bukan untuk maksud apa2, hanya supaya gue bisa tetep inget, or kalo suatu kali lupa, gue ada tulisan ini yang bisa ingetin gue lagi tentang siapa mereka ini.
Hari kemaren bakal tetep asik, kalo hari esok bisa menyenangkan...

Monday, August 09, 2004

Yesterday

She didn't smile...
or even look at me...
yesterday.
Did I do something wrong last week.?