Tuesday, June 01, 2004

Butterfly Effect

Kemaren nonton 2 film. Di VCD nonton "13 Going On 30" nya Jennifer Garner. Trus di Semanggi 21 nonton "Butterfly Effect" nya Ashton Kutcher. Hey..ternyata lagi banyak nih film2 tipe ginian. Sebelonnya ada "Gothika", tapi gue belon nonton, cuma baca referensi, katanya ya tipikal film2 ginian. Semacam mimpi2an yang jadi kenyataan tapi lebih cenderung ke tipe film time travel. Tapi gak pake alat, time travelnya pake pikiran.

Di BE, ketika si tokoh ada di waktu tertentu dan merubah situasinya waktu lampau, maka ada aja hal lain yang terjadi di present timenya yang nggak sesuai harapan. Semuanya berkaitan dengan orang2 yang dia cintai. Makanya tiap kali pula dia pergi lagi ke past time-nya, sampe akhirnya dia harus milih mana yang terbaik. Dan pilihannya adalah melepas orang yang dia cintai - teman perempuan masa kecilnya - baru semuanya berjalan normal.

Di 13GO30, remaja 13 taon mau langsung jadi 30. Kalo di sini lebih semacam mimpi panjang. Dia mengalami masa umur 30, tanpa tau proses hidupnya dari 13. Awalnya sih seneng, tapi ternyata sikapnya waktu umur 13, mempengaruhi cintanya di umur 30. Dia menyesal akan hal itu. Makanya ketika sadar dari "mimpinya", dia merubah sikapnya dan keputusannya. Alhasil dia mendapatkan cintanya di waktu umur 30 yang sebenernya.

Yah.. secara umum bisa dibilang merubah situasi masa lalu untuk lebih baik di masa depan, ketika kita tau ternyata masa depan or masa sekarang ini nggak sesuai harapan kita.

Emm.. enak juga ya kalo bisa gitu, apa yang gue gak suka bisa gue ganti kapan aja gue mau. But that's all wrong folks.!! Sebagai sebuah film emang kesannya menghibur banget. Tapi cukup sampe di situ aja..!! That's just a movie.. just a man imagination.. or maybe our imagination too..

Cuma aja, hari2 gue terakhir ini banyak yang gue alami persis kaya di film itu. Paling nggak dalam hal cinta-mencintai. Bisa dibilang cinta gue salah timing melulu. Kalo udah gitu kita kan pengennya bisa balik lagi ke waktu sebelonnya buat rubah situasi yang menurut kita salah.

Iya.. gue pengen banget bisa terjadi. Gue bisa balik lagi ke beberapa bulan ke belakang dan set time lagi, supaya semuanya bisa happy ending buat gue.

Buat gue..?!!! Iya buat gue...!! doang kan..? Lah orang lain gimana?

Butterfly Effect merupakan teori kekacauan (chaos theory), di mana menurut legenda, kalo ada kupu2 or sekelompok kupu terbang maka gelombang kepakan sayapnya bisa menimbulkan badai di belahan dunia lain.

Dari legenda ini lah film BE dibuat. Dan emang bener, apa yang dilakukan si tokoh waktu mencoba merubah keadaan, maka efeknya adalah kekacauan di pihak lain.

Tapi endingnya cukup positif. Di mana pada akhirnya memang kita harus memilih. Dan ketika pilihan itu adil, maka semua pihak bisa merasa baik. Walaupun pilihan itu kadang menyakitkan.

Cinta adalah antara pilihan dan ketentuan. Kita harus memilih tapi pada saat yang bersamaan, cinta itu sudah ditentukan. Karena kita memilih.. karena dia memilih.. karena mereka memilih.. Bukan dipaksakan atau terpaksa.

Tuhan sudah menentukan tapi Dia memberikan kebebasan pada kita untuk memilih. Dalam artian, alur hidup kita sudah ditentukan, dan kita harus bisa memilihnya dengan benar.

Mungkin memang ini bukan saat buat gue merasakan cinta sejati. Karena memang gue belon memilih dengan tepat apa yang sudah ditentuin buat gue. Tapi gue tetep percaya.. segala sesuatu ada waktunya dan akan indah pada waktunya.

Eh.. tapi gue kayanya masih merasa kalo hal2 itu masih bisa berubah. He.he.he. mungkin bukan berubah karena gue time travel. Tapi mungkin aja dalam proses ke depan, emang bisa berubah. Apa yang gue harapkan sekarang, jadi kenyataan dalam tahun2 kedepan..

Who knows..??