Saturday, October 08, 2005

Inilah Indonesia

Baru 8 hari sejak harga BBM dinaikkan, dan semua lini produksi pun serempak menaikkan harga. Harga gorengan yang biasanya bisa dapet seribu 3 biji, sekarang satuannya udah 500 perak. Dan itu, ukurannya ya sama, segitu2 juga. Jadi kebayang dong tahu kosong, yang dimana2 ukurannya cuma segitu aja udah 500 perak.

Emang sih ada beberapa jajanan yang belon naik. Minuman ringan yang dijual asongan pinggir jalan masih pake harga lama. Macam Teh Botol, Fanta, Coca Cola, dsj., sejauh ini masih pake harga lama. Mungkin masih ada stock produksi yang belon abis, dan itu masih terikat harga lama... barangkali...

Cuma sampe sekarang kayanya belon ada tujuan yang jelas tuh kenapa BBM dinaikin. Yang udah jelas ya tujuan klise nya... "untuk meringankan beban negara dan pengalihan subsidi ke sektor yang lebih penting".

Salah satu pengalihan subsidi yang udah terealisasi kayanya baru penyaluran dana kompensasi BBM ke rakyat miskin. Mereka dikasih jatah duit cash 100 ribu perbulan. Tapi dibayarnya per tiga bulan. Jadi sekali mereka terima itu 300 ribu, dan itu harus mereka pertahanin salama 3 bulan!!

Sepertinya pemerintah emang memperhatikan rakyat miskin. Dengan membagi jatah seperti itu seolah2 pemerintah udah memenuhi kebutuhan rakyat. Mekanismenya sih baik dan tepat... tapi 100 ribu perbulan..?? bisa buat apa.?!!

Seorang kuli kasar aja, yang udah seirit2 nya perlu ngabisin duit paling nggak 15-20 ribu sehari cuma untuk makan, nggak termasuk rokok, jajan dan ongkos. Kalo sebulan berarti 450-600 ribu, ini cuma buat sendiri. Nah, kalo udah punya istri & anak? Oke lah si istri ikut banting tulang cari tambahan, tapi paling nggak juga untuk isi perut sendiri kan...

Lantas penambahan 100 ribu perbulan itu sebenernya buat apa? Kalo ngambil istilah perut lagi laper, terus cuma disodorin biskuit sebiji... itu mah cuma buat nambah jigong.!!

Presiden, dalam jumpa persnya, pada hari pertama kenaikan BBM, udah mengumumkan kalo subsidi akan dialihkan ke sektor utama yang bisa menunjang kehidupan rakyat dan sektor yang bisa mencerdaskan kehidupan rakyat. Yaitu layanan kesehatan dan pendidikan. Di negara2 maju mereka sudah melakukan hal ini sejak mereka masih negara berkembang.

Dan dampaknya luar biasa. Awalnya mereka memang terlihat terseok-seok. Tapi karena rakyatnya mendapatkan pendidikan bermutu dan gratis pula, serta terjamin kesehatannya, maka ini menjadi kombinasi yang baik untuk menghasilkan masyarakat yang bermutu. Dan mutu masyarakat yang baik ini otomatis meningkatkan kualitas negara.

Negara2 tersebut menghasilkan orang2 yang pintar sehingga bisa membangun negara sendiri tanpa tergantung pada negara lain (kecuali untuk hal2 tertentu). Negara yang pintar dan maju, otomatis memberikan dampak kemakmuran bagi rakyatnya. Hal ini akan menjadi siklus yang positif tentunya.

==========
Sementara dalam 8 hari sudah terlihat kejadian sama sejak dulu tiap kali ada kenaikan BBM, yaitu semua harga ikut naik. Lantas subsidi yang dimaksud tadi kemana? Untuk pendidikan.? Untuk kesehatan.? Kayanya selama 8 hari ini belon ada wacana untuk memberikan subsidi ke pendidikan dan kesehatan. Yang ada adalah wacana kenaikan ongkos transportasi, tol, elpiji, dll. Dan semua itu udah selesai (dalam artian harganya naik), cuma dalam waktu 8 hari!!

Dan semua itu harus ditanggung rakyat (miskin) tiap bulan, sementara jatah dana kompensasi dibayar per 3 bulan. Setelah itu pemerintah udah merasa memenuhi kewajiban membayar tersebut, selebihnya segala resiko tetep diserahin ke masing2 penerima dana kompensasi. Termasuk resiko ada orang yang nilep atau caloin dana kompensasi itu. Aje gile...sempet2nya tuh orang jualan dana kompesasi

Apakah sebanding.? Pikir aja sendiri.

Tetep aja anak2 mereka gak bisa sekolah, karena sekolah negri juga masih harus bayar. Tetep aja kalo ada keluarga yang sakit, mereka gak ada jaminan kesembuhan. Karena mo ke puskesmas, udah musti bayar dokter, mereka juga musti keluarin ongkos transport.

Pada akhirnya semua pihak akan berkutat mikirin diri sendiri untuk hidup hari ini. Gak ada pihak yang merasa perlu untuk mikirin masa depan. Asal hari ini bisa survive, syukurlah, besok ya ursuan besok.

Pemerintah yang udah merasa baik ngasih dana kompensasi sekarang mungkin lagi mikirin libur lebaran nanti mo ngapain. Dan para produsen lagi sibuk bikin margin harga baru dengan alasan untuk nutupin biaya produksi. Sebenernya sih untuk tetep mempertahankan keuntungan penjualan. Andai kan mereka mau berkorban juga, mungkin harga2 gak naik sedemikian drastis. Emang itu artinya mereka ada penurunan omset. Tapi kalo semua mau berjuang bersama, ada kalanya kita perlu sama2 susah.

Memang banyak hal yang perlu diselesaikan pemerintah. Tapi jika yang terjadi sekarang ini adalah pengulangan masalah tiap ada kenaikan BBM, maka bisa dipastikan sampe kapan pun BBM akan naik lagi, dan sampe kapan pun dejavu ini kan terus terjadi.

Solusi baru belum pernah terwujud, dan itu entah kapan. Walaupun katanya subsidi sudah dialihkan. Sejauh ini, sepertinya pendidikan yang memadai dan kesehatan yang terjamin, itu yang dibutuhkan rakyat, di samping kebutuhan pokok yang diharapkan nggak membuat mereka tambah susah. Yang akhirnya kalo semua itu gak tercapai, jangan heran kalo Indonesia gak ada generasi penerus yang pintar dan sehat.
Inilah Indonesia.

0 comments: