Tadi sempet ada pembicaraan di milis gue. Tentang Sinterklas yang sekarang ini pamornya kok makin turun ya. Dan sejauh ini pada berpendapat bahwa, kalo bicara di lingkungan gereja, maka banyak anak2 yang lebih fokus pada tokoh Sinterklas ini, daripada tokoh sebenernya yang musti mereka fokus dan percaya, yaitu Yesus. Dan secara komersil, banyak pebisnis hiburan yang merasa bahwa Sinterklas udah gak jamannya lagi. Dan mereka menggantikan atau mengkombinasikan tokoh ini dengan hal2 lain yang mungkin lebih "funky" or yang lebih semarak.
Dari pembicaraan itu, berikut respon gue yang gue tulis ke mereka. NOTE : gue taro di blog supaya tulisan gue ini gak ilang. hehehe.
----------------
Sebenernya sama sekali gak ada yg salah sama Sinterklas [a.k.a. Santa Clause, a.k.a. St.Nicholas]. Gue gak yakin persis tentang asal usul Sinterklas. Tapi kalo gak salah kurang lebih sama kaya asal usul 'hari valentine'. Intinya, Sinterklas itu membagi kasih juga, dalam hal ini di hari Natal berupa kado [valentine pake kartu].
Yang jelas2 salah adalah orang2 "duniawi". Dengan pengaruh Iblis [gue yakin soal ini], para pelaku bisnis diarahkan utk memanfaat Sinterklas untuk jadi daya tarik orang2 dateng ke tempat hiburan, pasar malam, mall, dsj, pada musim Natal. Dan gak jarang juga pada akhirnya banyak gereja yg pake Sinterklas utk memancing anak2 SM dateng ke gereja.
Kalo gereja menempatkan Sinterklas dengan benar, gue rasa gak ada salahnya kalo pas natalan ada Sinterklas di gereja. Ini kan sama kaya, kalo natal di gereja ada malaikat, gembala, orang majus, dan bahkan domba2 !
Justru gue terpikir bagaimana mengembalikan citra Sinterklas itu sebagai tokoh yg sebenarnya. Bukan tokoh peramai tempat hiburan or mall. Karena memang bukan itu jiwanya Sinterklas. Jiwanya adalah pembagi kasih - khususnya ke anak2. So, tipikal kan sama Yesus.
Kalo gak salah, tokoh sinterklas punya nama asli St.Nicholas. Dan menurut catatan legenda nya Katolik dan orang2 Eropa yg Ortodok, St.Nicholas adalah santo yg melayani anak2, kaum lemah, para napi, org2 pelabuhan, dan masyarakat golongan bawah lainnya. Dengan cara mengumpulkan dana dan kemudian dibagikan pada hari Natal kepada mereka yg membutuhkan.
Tokoh Sinterklas akhirnya menjadi legenda di beberapa negara Eropa bahkan Afrika. Dan sebenernya tidak ada 'asisten' Sinterklas yg biasa kita panggil "Pit Hitam". Pit Hitam justru julukan lain buat Sinterklas yg dipake oleh orang2 Moroko, yaitu "Black Peter". Dan tentunya Black Peter punya misi yg sama seperti Sinterklas putih lainnya.
Jadi menurut gue, Sinterklas "original" tidak pernah bermaksud merebut perhatian orang dari Yesus. Justru misi waktu itu mungkin sama kaya Mother Teresa sekarang ini. dan itu berarti St.Nicholas punya pemahaman yg baik tentang menjadi pelayan Tuhan (pada masanya). Kalo hal ini bisa kita kembalikan, bukankah itu hal yg positif?
Memang Sinterklas bagi2 hadiah. Tapi inget, sebenernya dia bagi hadiah utk orang yng membutuhkan. Dan juga membagikan kecerian, karena ketika "santa clause is comming to town" dia datang dengan ceria dan ketawa sukacita. Dan dampaknya adalah, orang2 yg merasa susah ketika itu bisa jadi terhibur.
Makanya kemaren sempet terlintas buat bikin acara foto bareng Sinterklas dan rusa yg ada di Methodist. Dan kita buka counter beli kupon foto. Yang mana dananya dikumpulin untuk dibagikan sebagai hadiah kepada orang lain, misalnya anak jalanan, anak yatim-piatu, dsb. Di situ kita bisa mengajar anak2 sekolah minggu, bahwa ketika natal (& sbg org mampu), janganlah menanti2kan hadiah dari Sinterklas or guru sekolah minggu tapi mulai sekarang justru harus memberi pada yang kurang.
Karena itulah misi utama St.Nicholas... yg gue yakin dia melihat dari misi Yesus lahir ke dunia.... untuk memberi (kasih).
-----------------
PS.
Polar Express, film Natal yg mencoba mengembalikan pamor Sinterklas. Tapi setelah ditonton dengan seksama, ternyata tokoh Sinterklas gak di ekspose banget dan soal hadiah jg gak diekspose. Walaupun penonton "dipaksa" percaya bahwa di North Pole ada pabrik hadiah.
Tapi justru konflik dan masalah yg ada di kereta api "Polar Express" yg jadi inti utama cerita. Cerita yg merubah seorang anak yg pesimis jadi optimis, anak yg gak percaya, jadi percaya. Hanya sayangnya, kembali secara komersil, penonton "dipaksa" untuk percaya pada Sinterklas.
0 comments:
Post a Comment